Kamis, 28 November 2013

Kunci jalan kejayaan, keselamatan dan kebahagiaan

Alhamdulillahirabbil'alamin,

Salawat dan salam semoga melimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW, Nabi yang ummi. Dipilih-Nya untuk membimbing umat manusia seluruhnya, dia diutus Allah Swt. sebagai dai dan pendidik, diajaknya manusia untuk, mengikuti petunjuk Allah SWT yang terhimpun dalam kitabnya.

“Sungguh telah datang kepadamu dari Allah cahaya dan kitab yang menjelaskan segala sesuatu. Dengan kitab itu Allah akan membimbing orang yang mau mencari rida-Nya untuk menyusuri jalan kebahagiaan dan la akan tampilkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, terang dengan izin-Nya pula, pun la akan bimbing manusia untuk melintasi jalan yang lurus, (QS Al-Maidah: 15-16).

Merupakan suatu kesyukuran yang teramat luar biasa dimana umat islam telah diberi anugrah sebuah kitab yang akan menuntun kejalan yang diridhoi Allah SWT. Namun sekaligus mengherankan, umat islam yang dikatakan sebagai rahmatan lil 'alamin banyak yang tidak menjadikan Alqur'an sebagai imamnya.
Padahal telah jelas janji Allah ta'ala terlihat pada firmanya diatas, bahwa dengan Al qur'an Allah memimbing, mendidik, memberi pengetahuan dan pelajaran baik tentang cara menggapai kebahagian dunia da akhirat baik berupa ibrah dan metode yang tepat.
Dari kegelapan kepada cahaya. Ini merupakan bahasa yang kompleks untuk menunjukan bahwa dengan kitab Al qur'an manusia akan ditunjukan jalan baik mengenal siapa dirinya, mengapa tercipta dirinya, siapa yang menciptakan dirinya, untuk tujuan apa dirinya ada, mengetahui titik final dari perjalanan dunia ini dan lain sebagainya. Dan yang terpokok menurut penulis adalah memausiakan manusia dengan adab-adab yang diridhoi Allah ta'ala.
Jika seorang hamba selamat menjalani kehidupan dunianya dengan baik demikian pulalah gambaran ia melintasi jalan sirathalmustaqim dihari qiamat kelak. Dimana besaran dan bentuk model jalan tersebut tergantung dari amalan didunia ini. Sebagaimana digambarkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Sa'id al Khudri dari shahih bukhari no. 6886
"...kemudian titian (jembatan) jahannam didatangkan dan dipasang diantara dua tepi jahannam, kami (sahabat) bertanya, 'Wahai Rasulullah, memang jembatan jahannam tersebut misterinya apa?' Nabi menjawab, 'jembatan itu bisa menggelincirkan, menjatuhkan, ada pengait-pengait besi, ada duri-duri yang lebar dan tajam durinya terbuat dari kayu berduri bernama Sa'dan. Orang mukmin yang melewatinya sedemikian cepat, ada yang bagaikan kedipan mata, ada yang bagaikan kilat, ada yang bagaikan angin, ada yang bagaikan kuda pilihan, ada yang bagaikan kuda tunggangan, ada yang selamat dengan betul-betul terselamatkan, namun ada pula yang selamat setelah tercabil-cabik oleh besi-besi pengait itu, atau terlempar karenanya dineraka jahannam, hingga manusia terakhir  kali melewati dengan diseret-seret..."
Bagaimanakah cara terselamatkan dari kaitan besi dan jurang neraka yang menganga dibawahnya, kami kira sudah jelas jawabannya, yaitu sebagaimana tertera pada firman Allah ta'ala diatas. Barang siapa menaatinya maka selamat dan berbahagialah ia, tapi sebaliknya jika sesorang menentang ayat-ayat Allah mak siap-siaplah menanggung resikonya yaitu terkait duri Sa'dan dan terpelating ke dalam neraka. Yang disebutkan itu adalah kejadian dihari kiamat kelak bagaimana halnya jika didunia apa yang diperolehnya jika tidak taat kepada Allah SWT.
Ada dua kemungkinan yang pertama dibiarkan merajalela kemudian dimatikan dengan tiba-tiba, yang kedua didapatinya kesempitan-kesempitan pada urusannya agar hamba itu berfikir. Namun dari dua kemungkinan tersebut, yang kedua lebih baik dari yang pertama karena masih ada peluang yang diberikan Allah ta'ala untuk kembali dan bertaubat.
Kemudian bagaimana keadaan saat ini dimana hanya sedikit manusia yang mengamalkan Al qur'an. Inilah akhir zaman dimana tuntunan Allah (Al qur'an) sebaian besar hanya sebagai panjangan dilemari, berdebu bahkan dimaka rayap. Dan orang Islam lupa bahwa kesuksesan dan kejayaan hanya bisa dicapai dengan mentaati Allah dan RasulNya. Sebagaimana para sahabat genrasi pertama umat ini. Mereka diberi kejayaan yang cemerlang karena "Sami'naa wa 'atha'naa".
Dimana-mana orang mencari kunci-kunci untukmencapai kejayaan, padahal telah jelas, yaitu mengembalikan keataatan adalah jalan yang terbaik, dengan merujukan segala sesuatu kepda Al qur'an dan sunnah.
Metode telah ada tinggal manusianya saja lagi, apakah ia akan tetap bertuhan dengan akalnya, dengan beranggapan uang adal_ah segala segala-galanya.

10 Kesalahan Isteri Terhadap Suami

1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna

Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.

Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.

Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.

Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.

Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.

2. Nusyus (tidak taat kepada suami)

Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.

Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:

1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.

2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.

3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah

4. Lalai dalam melayani suami

5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya

6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya

7. Keluar rumah tanpa izin suami

8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.

Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.

3. Tidak menyukai keluarga suami

Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.

Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.

Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.

Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.

4. Tidak menjaga penampilan

Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.

Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.

5. Kurang berterima kasih

Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan istrinya.

Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.

Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”

6. Mengingkari kebaikan suami

“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”

Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.

Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?

“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).

Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?

“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.

Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)

7. Mengungkit-ungkit kebaikan

Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]

Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]

8. Sibuk di luar rumah

Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.

Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.

9. Cemburu buta

Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.

Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.

Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.

10. Kurang menjaga perasaan suami

Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.

Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.

amin…
sumber: eramuslim.com

Selasa, 26 November 2013

Bicara tanpa pahala



Oleh Ustadz Abu Isma'il Muslim Al-Atsari

Waktu (baca : usia) adalah modal untuk melakukan amal shalih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa mudah dimanfaatkan untuk menabung bekal disisi Allah Azza wa Jalla adalah lidah. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat menasehati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Berikut kami nukilkan beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah. Dengan harapan agar kita menjauhinya setelah kita faham. Karena kita tidak akan bisa menghindarinya kalau kita belum mengetahui berbagai bencana ini. Diantara bencana-bencana itu adalah :
1. Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Mâjah, no. 3976; Mâlik, 2/470; al-Baghawi, no. 4132. Dishahihkan oleh al-Albâni]
Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. [HR. Bukhâri, no. 6475; Muslim, no. 47; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Walaupun ini berat, namun seyogyanya seorang hamba yang ingin selamat di akhirat agar selalu berusaha untuk melakukannya. Diriwayatkan bahwa Muwarriq al-‘Ijli rahimahullah berkata : “Ada satu perkara yang aku sudah mencarinya semenjak duapuluh tahun lalu. Aku belum berhasil meraihnya. Namun aku tidak akan berhenti mencarinya”. Orang-orang bertanya: “Apa itu wahai Abu Mu’tamir?” Dia menjawab : “Diam (tidak membicarakan-red) dari sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku”
2. Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. [HR. Bukhâri, no. 2457; Muslim, no. 2668; dll]
Mendebat dalam hadits diatas maksudnya adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahîhkan an-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn, no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 273]
Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.
3. Banyak Berbicara, Suka Mengganggu Dan Sombong Masalah-masalah ini dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsârûn, al-mutasyaddiqûn, dan al-mutafaihiqûn. Para sahabat berkata: “Wahai Rsulullah, kami telah mengetahui al-tsartsârûn dan al-mutasyaddiqûn, tetapi apakah al-mutafaihiqûn? Beliau menjawab: “Orang-orang yang sombong”. [Hadits Shahih dengan penguat-penguatnya. HR Tirmidzi, no. 2018 dari Jâbir Radhiyallahu anhu ; dan Ahmad 2/369 dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Setelah meriwayatkan hadits ini, imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.
Imam Ibnul Atsîr rahimahullah menjelaskan dalam kitab an-Nihâyah : “ats-Tsartsârûn adalah orang-orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri dan keluar dari kebenaran. al-Mutasyaddiqûn adalah orang-orang yang berbicara panjang lebar tanpa hati-hati.. Ada juga yang mengatakan, al-mutasyaddiq adalah orang yang mengolok-olok orang lain dengan mencibirkan bibir kearah mereka”.
Imam al-Mundziri rahimahullah mengatakan dalam at-Targhîb : “ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri. al-Mutasyaddiq adalah orang yang berbicara dengan seluruh bibirnya untuk menunjukkan kefasihan dan keagungan perkataannya. al-Mutafaihiq hampir semakna dengan al-mutasyaddiq. karena maknanya adalah orang yang memenuhi mulutnya dengan perkataan dan berbicara panjang lebar untuk menunjukkan kefasihannya, keutamaannya, dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Oleh karena inilah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenafsirkan al-mutafaihiq dengan orang yang sombong. [Dinukil dengan ringkas dari Tuhfatul Ahwâdzi, Syarh Tirmidzi]
Tetapi tidak termasuk sajak yang dibenci, lafazh-lafazh yang disampaikan khatib, kalimat indah untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan dan aneh. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan, kalimat yang indah, dan semacamnya.
4. Mengucapkan Perkataan Keji, Jorok, Celaan, Dan Semacamnya. Semua hal ini tercela dan terlarang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya. [HSR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain]
Fuhsy (keji) dan badza’ (jorok) adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap keji (tabu) dengan kata-kata gamblang. Biasanya tentang lafazh-lafazh jima’ dan yang berkaitan dengannya. Orang-orang yang sopan akan menjauhi ungkapan-ungkapan itu dan mengunakan kata-kata sindiran, sebagaimana dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Betapa banyak perkataan keji dan jorok tersebar di zaman ini, di koran-koran, majalah-majalah, buku-buku, novel-novel, radio, HP, atau lainnya. Bahkan ada perkara yang lebih buruk dan lebih keji dari sekedar ucapan !! Namun yang bisa merasakan keburukannya adalah orang-orang yang hatinya masih hidup. Sedangkan orang yang hatinya sakit atau mati, maka dia tidak akan merasakan keburukannya, bahkan mungkin sebaliknya, dia akan merasa nikmat. Sebagaimana luka yang hanya dirasakan oleh orang yang masih hidup, sedangkan orang yang mati, dia tidak akan merasakan sakit akibat luka. Wallahul Musta’an.
5. Keterlaluan Dalam Bercanda. Yaitu semua waktunya digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati. [HSR. Ibnu Mâjah, no. 4193; dishahîhkan oleh al-Albâni dalam Silsilah ash-Shahîhah, no. 506]
Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih berbahaya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammemperingatkan dengan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya ! Kecelakaan baginya !. [HSR. Tirmidzi, no. 2315; Abu Dâwud, no. 4990; dishahîhkan oleh al-Albâni]
Di zaman dahulu, bercanda dan membuat tertawa itu hanyalah dilakukan oleh pribadi-pribadi tertentu. Namun sekarang, grup lawak bermunculan seperti jamur di musim hujan, diperlombakan, dan dipertontonkan serta dibayar dengan honor tinggi. Setan telah menjerat banyak orang dalam kesesatan dan memanfaatkan mereka sebagai perangkap. Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga kita dari segala jebakan setan.
Namun jika canda itu dilakukan kadang-kadang dan dengan perkataan yang benar serta dilakukan kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti anak-anak, wanita, sebagian orang laki-laki, sebagaimana canda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hal itu tidak mengapa. Karena canda akan menyenangkan hati dan menyegarkan suasana. Sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan itu seperti garam dalam makanan.
6. Membicarakan Suatu Yang Bathil. Maksudnya adalah menceritakan perbuatan-perbuatan maksiatnya, seperti berbangga dengan perbuatan bermabuk-mabukan atau kemungkaran yang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
Semua umatku mu’âfan (akan diampuni dosanya; atau tidak boleh dighibah) kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu perbuatan buruk pada malam hari, kemudian di waktu pagi dia mengatakan, ”Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan ini”. Padahal di waktu malam Allah Azza wa Jalla telah menutupi perbuatan buruknya, namun di waktu pagi dia membongkar tutupan Allah. [HR. Bukhâri, no. 6069; Muslim, no. 2990]
Oleh karena itulah, barangsiapa yang telah bertaubat dari perbuatan dosa, hendaklah dia menutupi aib dirinya, tidak perlu bercerita kepada orang lain.
7. Perkataan Yang Salah Berkaitan Dengan Masalah Agama, Apalagi Jika Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah Azza wa Jalla . Kesalahan lisan yang satu ini, tentu susah diatasi kecuali oleh para ahli ilmu dan ahli bahasa. Orang yang malas atau tidak bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan bahasa, maka perkataannya tidak lepas dari ketergelinciran. Semoga Allah Azza wa Jalla mema’afkan kesalahan akibat ketidaktahuan. Diantara contoh perkataan yang salah berkaitan dengan masalah agama yaitu perkataan ‘Apa yang Allah dan engkau kehendaki’. Dalam hadits dijelaskan :
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berkata: "Mâ syâ’allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki), maka beliau bersabda : "Bukan begitu, tetapi (katakanlah) : "Mâ syâ’allah wahdah" (apa yang dikehendaki oleh Allah semata). [HR. Ahmad, no: 1965]
Hikmah larangan ucapan "Mâ syâ’allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki), dan semacamnya adalah karena ucapan itu merupakan bentuk menyekutukan kehendak Allah. Karena kata sambung "dan" bermakna mengumpulkan, menyamakan dan menyekutukan. Yang benar, dalam menggabungkan kehendak hamba dengan kehendak Allah ialah dengan menggunakan kata "kemudian". Karena kata “kemudian” mengandung makna urutan (berikutnya) dan ada selang waktu. Hal ini karena kehendak Allah Azza wa Jalla mendahului kehendak hamba. Maka tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi kecuali yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla . Semua yang Allah Azza wa Jalla kehendaki maka pasti terjadi, dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan pernah terjadi.
Syaikh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallamâshiruddîn al-Albâni berkata dalam kitab Silsilah al-Ahâdîst ash-Shahîhah, 1/266-267 : "Dalam hadits-hadits ini terdapat dalil bahwa ucapan seseorang kepada yang lain "mâ syâ’allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki) dinilai syirik dalam syari'at. Dan ini termasuk syirik dalam kata-kata. Karena memberikan kesan bahwa kehendak hamba sederajat dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala . Sebabnya adalah karena menggabungkan dua kehendak tersebut. Contoh yang lain adalah perkataan sebagian orang-orang awam dan orang-orang seperti mereka yang mengaku berilmu : "Tidak ada bagiku selain Allah dan anda", "Kami bertawakkal kepada Allah dan kepada anda". Dan seperti perkataan sebagian para penceramah: "Dengan nama Allah dan dengan nama tanah air", atau "Dengan nama Allah dan dengan nama bangsa", dan kata-kata syirik yang sejenisnya wajib ditinggalkan dan bertaubat, dalam rangka beradab kepada Allah Tabâraka wa Ta'âla".
Selain yang telah disebutkan diatas, sesungguhnya bencana-bencana lidah masih banyak, seperti ghibah, namimah, dusta, dan lain sebagainya. Namun sedikit yang kami sampaikan ini mudah-mudahan sebagai pemacu bagi kita semua untuk selalu menjaga lidah kita dari keburukan dan selalu menghiasinya dengan kebaikan. Al-hamdulillahi Rabbil 'Alamiin.
Maraji : 1. Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn, Imam Ibnu Qudamah, tahqîq Syaikh Ali al-Halabi. 2. Aafâtul Lisân fî Dhauil Kitâb was Sunnah, Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthâni 3. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, Imam Ibnu Rajab, tahqîq Syu’aib al-Arnauth dan Ibrâhim Bajis; penerbit ar-Risâlah; cet: 5; th: 1414 H/ 1994 M) 4. Hashâ-idul Alsun, karya Syaikh Husain al-'Awaisyah, penerbit. Dârul Hijrah. Dan lain-lain.
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/Shafar 1430/2009M.

Senin, 25 November 2013

Nama dan sifat-sifat ahlu sunnah wal jama'ah sejati 2

5] Mereka Adalah Tauladan Yang Baik Yang Menunjukkan Kepada Kebenaran Serta Mengamalkannya.

Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah menyatakan : “Sesungguhnya di antara kebahagian bagi seorang hadats [1] dan orang non Arab adalah ketika Allah memberi taufik kepada mereka berdua untuk bertemu dengan ulama Ahlus Sunnah” [2]

Fudhail bin Iyadh Radhiyallahu ‘anhu menyatakan : “Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang karena hamba-hamba itu Allah menghidupkan negeri-negeri. Mereka adalah Ahlus Sunnah dan orang yang mengetahui apa yang masuk ke dalam perutnya, halal atau haram. Mereka termasuk tentara Allah” [Rujukan sebelumnya I : 72 nomor 51]

[6] Ahlus Sunnah Adalah Orang-Orang Pilihan Yang Melarang Bid’ah dan Menjauhi Para Pelakunya.

Ada orang yang bertanya kepada Abu Bakar bin Iyasy tentang siapakah sunni atau Ahlus Sunnah itu ? Beliau menjawab : “Yakni orang yang apabila mendengar tentang bid’ah-bid’ah para pengekor hawa nafsu, ia tidak cenderung kepada satupun di antaranya”[3]

Ibnu Taimiyah rahimahullah sendiri menyebutkan : “Ahlus Sunnah adalah umat pilihan dan umat pertengahan yang berada di atas jalan yang lurus, jalan kebenaran dan jalan yang pertengahan” [Lihat Fatawa Ibnu Taimiyah III : 368-369]

[7] Ahlus Sunnah Adalah Orang-orang Asing, Ketika Orang Banyak Sudah Penuh Kerusakan.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Islam dimulai dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ia mulai, maka beruntunglah orang-orang asing itu” [4]

Dalam riwayat Imam Ahmad rahimahullah disebutkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau pernah ditanya : “Siapakah orang-orang asing itu?” Beliau mejawab : “Mereka adalah orang-orang yang menyempal [5] dari suku mereka” [Lihat Musnad Imam Ahmad I : 398]

Sementara dalam riwayat Imam Ahmad rahimahullah lainnya disebutkan dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwasanya diriwayatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya : ‘Siapakah orang-orang asing itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab.

“Artinya : Mereka adalah orang-orang shalih yang hidup dilingkungan orang-orang fasik, yang para pembangkangnya lebih banyak dari yang taat kepada mereka” [Lihat Musnad Imam Ahmad II: 177,222]

Dalam jalur riwayat lain disebutkan. “Artinya : Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang telah dirusak oleh orang banyak” [Lihat Musnad Imam Ahmad IV : 173]

Sehingga Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang asing ditengah sekumpulan kalangan ahli bid’ah, pengerkor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat.

[8] Ahlus Sunnah Adalah Orang-Orang Yang Membawa Cahaya Ilmu

Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang membawa ilmu dan mencegah penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, perpecahan ahli kebatilan dan penakwilan orang-orang yang jahil. Oleh sebab itu, Ibnu Sirin rahimahullah menyatakan : “Para sahabat dahulu tidak pernah mempertanyakan isnad. Ketika terjadi fitnah, mereka mulai berkata : “Sebutkan para perawimu, sehingga dapat diketahui mana yang berasal dari Ahlus Sunnah untuk diambil haditsnya dan bila dari kalangan ahli bid’ah untuk tidak diambil haditsnya” [6]

[9] Ahlus Sunnah Adalah Mereka Yang Membuat Sedih Orang Banyak Bila Berpisah Dengan Mereka.

Ayub As-Sikhtiyani rahimahullah mengungkapkan : “Ketika aku diberitahu tentang kematian salah seorang di antara Ahlus Sunnah, seolah-olah aku kehilangan salah satu dari anggota tubuhku” [Syarah I’tiqaad Ahlus Sunnah wal Jama’ah oleh Al-Laikai I : 66 dengan no. 29]

Beliau juga pernah berkata : “Orang-orang yang mengangankan kematian Ahlus Sunnah berarti mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka. Sementara Allah akan tetap menghidupkan cahayaNya meskipun orang-orang kafir itu tidak menyukinya” [Syarah I’tiqaad Ahlus Sunnah wal Jama’ah oleh Al-Laikai I : 66 dengan no. 35]

[Disalin dari kitab Nurus Sunnah wa Zhulumatul Bid;ah Fi Dhauil Kitabi was Sunnah, edisi Indonesia Mengupas Sunnah, Membedah Bid’ah, hal. 13-18 Darul Haq]

_________
Foote Note. [1] Hadats artinya pemuda. Lihat An-Nihayah Fi Gharibil Hadits wa Atsar, bab : huruf haa dan daal, materi hadats I : 351 [2] Syarah Ushul I’tiqaad Ahlus Sunnah wal Jama’ah oleh Al-Lalikai I : 166, dengan nomor 30. [3] Syarah Ushul I’tiqaad Ahlus Sunnah wal Jama’ah oleh Al-Lalikai I : 72, dengan nomor 53. [4] Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al-Iman, bab : Penjelasan bahwa Islam itu Dimulai Dalam Keadaan Asing dan Akan Kembali Menjadi Asing I : 130 dengan no. 145. [5] Yakni orang asing yang menyempal dari keluarga dan sanak kerabatnya, artinya menjauh dan menghilang dari mereka. Artinya, beruntunglah kaum Al-Anshar dan Al-Muhajirin yang meninggalkan tanah air mereka karena Allah. Lihat An-Nihayah oleh Ibnu Atsir V: 41 [6] Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al-Mukaddimah, bab : Sanad Dalam Meriwayatkan Ajaran Agama I : 15

Nama dan sifat-sifat ahlu sunnah wal jama'ah sejati 1

Oleh Syaikh Dr Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]

[1]. Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Mereka adalah orang-orang yang mengikuti gaya hidup Rasulullah dan para sahabat beliau. Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah para sahabat beliau sendiri, para tabi’in, para imam yang mengikuti petunjuk dan mengikuti kehidupan mereka serta menjauhi perbuatan bid’ah di mana pun dan kapan pun juga. Mereka akan tetap ada dan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah hingga hari Kiamat.[1]

Mereka disebut sebagai Ahlus Sunnah karena mereka mengorientasikan diri mereka kepada sunah dan karena mereka bersatu untuk mengamalkan sunnah itu secara lahir dan batin, dalam ucapan, perbuatan dan keyakinan [2]

Dari Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Yahudi dahulu terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan ; satu golongan masuk Surga, tujuh puluh golongan masuk Neraka. Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan ; satu golongan masuk Surga, tujuh puluh satu yang tersisa masuk Neraka. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya : umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan ; satu golongan masuk Surga dan tujuh puluh dua lainnya masuk Neraka. “ Ada sahabat yang bertanya : “Wahai Rasulullah ! Siapa mereka yang masuk Surga itu ?” Beliau menjawab : “Mereka adalah Al-Jama’ah” [3]

Dalam riwayat lain oleh At-Tirmidzi dari Abdullah bin Amru diriwayatkan bahwa para sahabat bertanya : ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab.

“Artinya : Orang yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunnan-nya, dalam kitab Al-Iman, bab : Riwayat Tentang Terpecahnya Umat V : 26, nomor 2641.

[2] Al-Firqatun Najiyah [Golongan Yang Selamat]

Yakni yang selamat dari Neraka. Karena Nabi mengecualikan golongan itu ketika menyebutkan seluruh golongan yang ada dengan sabda beliau : “Seluruhnya masuk Neraka, kecuali satu golongan” yakni yang tidak ikut masuk Neraka. [4]

[3] Ath-Thaifah Al-Manshurah [Golongan Yang Mendapat Pertolongan]

Dari Mua’wiyah Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia menyatakan ; Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya Dikalangan umatku akan tetap ada segolongan kecil yang terus berpegang pada ajaran Allah ; mereka tidak akan dapat dicelakakan oleh orang yang berusaha menyakiti mereka dan berusaha menyelisihi mereka, sehingga datang keputusan Allah sementara mereka masih tetap bertahan pada kebenaran itu di hadapan manusia” [5]

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan yang senada dengan itu [6]. Demikian juga dari Tsauban juga diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Di kalangan umatku akan tetap ada segolongan kecil yang terus berpegang pada ajaran Allah ; mereka tidak akan dapat dicelakakan oleh orang yang berusaha menyakiti mereka, sehingga datang keputusan Allah sementara mereka masih tetap bertahan seperti itu. [7]

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu juga diriwayatkan yang senada dengan itu. [8]

[4] Orang-Orang Yang Berpegang Teguh Pada Kitabullah Dan Sunnah Rasul Serta Jalan Hidup Generasi Islam Awal Terdahulu Dari Kalangan Al-Muhajrin Dan Al-Anshar.

Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut mereka dalam hadits : “Orang yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku” [9], yakni bahwa mereka adalah orang-orang yang mengikuti kehidupanku (nabi) dan para sahabatku”

[Disalin dari kitab Nurus Sunnah wa Zhulumatul Bid;ah Fi Dhauil Kitabi was Sunnah, edisi Indonesia Mengupas Sunnah, Membedah Bid’ah, hal. 13-18 Darul Haq]
_________
Foote Note [1] Lihat Mabahits Fi Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah oleh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 13-14 [2] Lihat Fathu Rabil Bariyah ringkasan dari Al-Hamawiyah oleh Al-Alamah Muhammad bin Utsaimin hal.10, serta Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyah oleh Al-Alamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Hal.10 [3] Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan lafazhnya dalam kitab Al-Fitan, bab : terpecahnya umat II : 321, dengan nomor 3992. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab As-Sunnah, bab Syarah Sunnah IV : 197, dengan no 4596. Diriwayatkan juga oleh Abu Ashim dalam kitab As-Sunnah I : 32 dengan nomor 63, dishahihkan oleh Al-Albani dalam shahih Sunan Abi Dawud II : 364 [4] Lihat Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah tulisan Shalih bin Fauzan Ali Fauzan, hal. 11 [5] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-Manaqib, bab : Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan sebuah hadits kepada kami IV : 225 dengan nomor 2641. Diriwayatkan oleh Muslim dengan lafazhnya dalam kitab bab sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Di kalangan umatku akan tetap ada sekelompok kecil yang berpegang teguh pada kebenaran ; mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang yang berusaha mengusik mereka” II : 1524, dengan nomor 1037. [6] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-Manaqib, bab : Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan sebuah hadits kepada kami IV : 225 dengan nomor 2640. Diriwayatkan oleh Muslim dengan lafazhnya dalam kitab bab sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Di kalangan umatku akan tetap ada sekelompok kecil yang berpegang teguh pada kebenaran ; mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang yang berusaha mengusik mereka..” 1523, dengan nomor 1921. [7] Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Imarah, bab sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; Di kalangan umatku akan tetap ada sekelompok kecil yang berpegang teguh pada kebenaran ; mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang yang berusaha mengusik mereka..” 1523, dengan nomor 1920. [8] Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab dan bab yang sama dengan sebelumnya II : 1523, nomor 1923. [9] Telah ditakhrij pada foot note no.5

Minggu, 24 November 2013

Kriteria muslim yang mampu membangun kejayaan islam diabad 21

Membentuk Kembali Generasi Emas Muslim Sungguh tiada muslim yang dapat mencapai kesempurnaan dalam derajat ketakwaannya selain Rasullloh SAW. Namun, sejarah mencatat bahwa generasi muslim unggulan adalah generasi pertama muslim, yaitu generasi para sahabat. Kemudian berangsur-angsur keunggulan generasi muslim itu sendiri mengalami degradasi dari generasi tabi’in, generasi tabiit tabi’in, hingga generasi sekarang.

Hal tersebut bukan berarti generasi muslim saat ini tidak dapat mengulang masa keemasan generasi muslim pada zaman Rasululloh atau generasi para sahabat. Sebelum itu, setiap muslim harus menyadari bagaimanakah kriteria serang muslim yang ideal. Muslim ideal disini maksudnya adalah seperti apakah idealnya kriteria seorang muslim yang sanggup mengulang kembali masa keemasan generasi muslim tersebut.

Mengacu kepada M. Anis Matta, Lc. dalam bukunya yang berjudul Model Manusia Muslim Abad XXI, setiap orang harus melalui tiga tahap untuk mengaktualisasikan islam dalam berbagai dimensi kehidupan. Ketiga tahap tersebut, yaitu afiliasi, partisipasi, dan kontribusi. Tahap pertama, afiliasi, adalah memahami dengan baik alasan seorang muslim memilih Islam sebagai agama dan hidup. Dalam pernyataan tersebut dijelaskan mengenai Islam sebagai agama dan hidup. Sudah jelas, Seorang muslim Ideal adalah mereka yang mampu menjadikan keislamannya bukan hanya dalam segi agama saja melainkan dalam segala aspek kehidupannya. Untuk itu, Seorang muslim memerlukan tiga komitmen, yaitu komitmen akidah atau ideology pada Islam, komitmen metodologi atau syariah, dan komitmen sikap atau akhlak. Ketiga komitmen tersebut harus betul-betul dilaksanakan secara keseluruhan dan istiqomah. Pada umumnya, seorang muslim hanya memiliki komitmen ideologi saja, sedangkan dua komitmen lainnya belum dimiliki. Hal ini akan menyebabkan afiliasinya dalam Islam akan tidak sempurna dan tersendat-sendat. Padahal, tahap afiliasi merupakan tahap diri kita untuk menjadi soleh secara pribadi.

Tahap kedua, partisipasi adalah tahap seorang muslim mendistribusikan kesolehan pribadinya kepada orang lain agar terjadi kesolehan secara sosial. Untuk itu, Seorang muslim harus memiliki rasa sense in-group, maksudnya membentuk suatu rasa keterlibatan diantara setiap kaum muslim sehingga tercipta ukhuwah (persaudaraan) dan ruhamah (orang-orang yang saling menyayangi) serta memiliki rasa keprihatinan yang tinggi terhadap masalah-masalah kaum Muslimin. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu hadisnya, “Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin maka ia bukan dari golongan mereka.” Rasa tersebut dapat diimplementasikan dalam hal-hal kecil sperti mengucapkan salam dan menunjukkan wajah yang ceria dan bersemangat ketika bertemu saudara sesama muslim serta selalu mendoakan saudara sesame muslim setelah sholat lima waktu. Selain rasa sense in-group, seorang muslim juga harus memiliki pengetahuan sosial yang dibutuhkan dalam masyarakat. Pengetahuan tersebut khususnya adalah ilmu komunikasi. Seorang muslim harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar dapat menyampaikan kesolehan pribadinya kepada masyarakat dengan baik serta efektif. Seorang muslim juga harus mengetahui dan menguasai peta dan medan lingkungan sosial budaya tempat hidupnya. Hal ini bertujuan agar lebih mengetahui cara memasuki dan mengubah masyarakat ke arah Islam yang efektif serta meminimalisasi konflik.

Tahap ketiga, kontribusi adalah tahap seorang muslim harus memilih satu bidang spesialisasi ilmu atau profesi yang diyakini dapat menjadi ahli dan unggul. Kemampuan seorang manusia itu terbatas. Manusia tidak dapat menjadi segalanya dan tidak akan pernah sanggup melakukan segalanya. Oleh karena itu, dalam kontribusi, seorang muslim haruslah mengetahui dimana letak kekuatannya. Kemudian, dengan kekuatan itu, mereka dapat memberikan karya terbaiknya kepada Islam dan umatnya. Jadi seorang muslim dapat menjadi seorang mujahid dalam bidang spesialisasinya masing-masing, seperti bidang pemikiran dengan menjadi ilmuwan, bidang kepemimpinan, bidang professional atau profesi, serta financial atau keuangan.

Ketiga tahapan tersebut tentu saja butuh waktu agar dapat terlaksana dengan baik dan menyeluruh terhadap umat muslim di seluruh dunia. Saat ini yang harus dilakukan adalah meyakini bahwa setiap muslim sedang berada dalam proses tersebut sehingga diri sendiri termotivasi untuk ikut andil dalam proses mewujudkan kembali generasi emas Islam seperti generasi para sahabat pada zaman Rasululloh SAW.

Sabtu, 23 November 2013

Penomena lemahnya iman .Pdf

Alhamdulillah, salawat kepada Rasulullah saw.
Saudara-saudaraku seiman, mungkin bukan hal baru lagi bagi kita tentang naik turunnya iman, seolah-olah iman adalah sesuatu yang apabila bersentuhan dengan kebaikan maka akan bertambah hebat dan cemerlang namun apabila ia dicabik oleh perbuatan dosa maka ia akan kikis sedikit-demi sedikit. Dan kemudian dosa itu menutupi hati maka sulilah hati menerima cahaya dan hidayah Allah SWT.
Oleh karenanya merupakan suatu kebaikan yang banyak jika kita dapat meneliti dan mengkoreksi pada diri "Apakah iman yang ada didada sedang naik, tetap, merosot atau hilang dibawa angin".
Dengan e-book ini penulis mengajak untuk memahami celah-celah yang mengakibatkan lemahnya iman.
Semoga bermanfaat dan menjadi investasi akhirat, amin.

E-book Penomena Lemahnya iman.pdf >

Kumpulan 8 Kitab Hadits (.chm) Bukhari, muslim, Ad darami, Abu daud, Ibnu Majah, An nasa'i, At tarmidzi & Al muwatta Malik

Alhamdulillah, mempelajari hadits-hadits Rasulullah saw. adalah suatu keharusan karena dengan mempelajarinya maka akan mengetahui sunah-sunah rasul dan memahami islam yang sebenarnya, bukan semata ikut-ikutan tapi melihat kepada sumbernya langsung dari kitab-kitab yang ditulis oleh para imam hadits.

Dan pada posting kali ini saya akan memberikan kepada saudara-saudaraku seiman e-book dalam format .chm kitab-kitab hadits yaitu kitab shahih Bukhari, shahih Muslim, Al Muwatha-imam Malik, Kitab hadits At tarmidzi, Nasa'I, Ibnu majah, Abu daud dan Ad darami.

Kitab-kitab  hadits tersebut dengan bahasa arab dan terjemahannya, dan memiliki sistim pencarian (search mode) untuk memudahkan saudar-saudaraku dalam mencari tema yang diinginkan.

Demikian dari saya, mohon dido'akan untuk tetap dalam kebaikan,

Silakan download kitab haditsnya:

Kitab shahih bukhari arab-indo >Download
Kitab Shahih Muslim Arab-Indo >Download
Kitab Hadits At tarmidzi Arab-Indo >Download
Kitab Hadits Ibnu majah Arab-Indo > Download
Kitab Hadits Ad darami Arab-Indo >Download
Kitab Hadits An nasa'i Arab-Indo >Download
Kitab Hadits Abu daud Arab-Indo >Download
Kitab Hadits Al muwatha Malik >Download

10 Karakter Pemimpin Islam

DALAM Islam, tak sembarang orang bisa menjadi pemimpin. Ini karena selain tanggung jawab yang berat di hadapan Allah SWT kelak, pemimpin juga haruslah mempunyai sifat-sifat terpuji yang bisa dijadikan panutan bagi yang dipimpinnya.

Ada -sifat sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Islam di antaranya adalah sepuluh di bawah ini:

1. Istiqamah Ini berarti memiliki pendirian yang teguh dan diikuti dengan keperibadianyang mantap.Pendirian ini tercermin pada kata dan perbuatan, yaitu sesuatu yang diyakini dipertahankan sungguh-sungguh dengan tidak terombang-ambing oleh pengaruh apa pun.

2. Memelihara diri Kondisi diri sendiri dihitung dan dianalisis. Bila terjadi sesuatu kegagalan diri sendiri diperhatikan terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain. Rasullah bersabda: “Berbahagialah orang yang suka meneliti kelemahan dirinya dan tidak memiliki waktu untuk mencari kelemahan diri orang lain; dia bersedia memberi rezekinya yang lebih, serta bersedia mencegah kelebihan ucapannya”.

3. Bijaksana Ini berarti membuat perhitungan yang jauh sebelum bertindak. Langkah yang dipilih tidak menyinggung orang lain.

4. Tenang Dengan ketenangan, pilihan yang diambil tidak mudah keliru. Orang-orang bawahan juga tidak hilang kepercayaan terhadap pemimpin.

5. Sabar Sabar berarti kuat menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang tidak bijak. Dengan bersifat sabar seseorang bisa menang dalam banyak hal.

6. Tidak takabur Ini berarti tidak membanggakan diri berlebihan-lebihan baik dengan perbuatan, perkataan atau sikap. Allah telah berfirman dalam surat Luqman, ayat 18: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu, mememekkan orang lain, dan jangan pula engkau berjalan di bumi ini dengan bongkak Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang congkak dan angkuh.”

Allah juga berfirman dalam surah Assyura, ayat 215: “Hendaklah kamu bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, mengikutimu”.

7. Tidak mungkir janji Segala janji yang dibuat ditunaikan. Kalau pemimpin mungkir janji, kepercayaan orang terhadapnya akan hilang.

8. Adil Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya dan memberi sama.Kewajiban, pembagian tugas, hukuman dan sebagainya, dilaksanakan dengan wajar. Rasulullah telah bersabda: “Hati-hatilah kalian terhadap doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada tabir pemisah antara doanya denga Allah, walau dia orang kafir sekalipun”.

9. Tabah Tabah berarti keras kemauan dan diikuti dengan usaha yang cukup serta tidak cepat putus asa. Orang yang tabah memiliki kepribadian yang kuat.

10. Tawakkal kepada Allah Pemimpin yang tawakkal rela akan apa yang ditakdirkan Allah baginya. Dia yakin akan kebijaksanaan Allah. Dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha sekuat mungkin. Allah telah berfirman dalam surah Al-Ma’idah ayat 100: “Katakanlah, tidak akan mengenai kami, kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atas kami. Allah yang menguasai kami. Dan hanya kepada Allah hendaknya orang mukmin berserah diri.” []
Sumber: Islampos.com

Kamis, 21 November 2013

Jadwal Shalat Sepanjang Masa untuk Wilayah Tenggarong

Assalamua'laikum,
alhamdulillah akhirnya saya telah menyelesaikan pengetikan ulang jadwal shalat untuk wilayah Tenggarong, sesuai dengan aslinya yang dikeluarkan oleh Departemen Agama wilayah Tenggarong Kaltim.
filenya dapat dibuka dengan program exel. dengan jadwal ini mudah-mudahan kaum
 muslimin  tidak lagi telat shalatnya. dan semoga bernilai ibadah disis Allah SWT.

Download Jadwal Shalat Tenggarong

Rabu, 20 November 2013

Kitab Shahih Adabul mufrad - Al Bukhari

Alhamdulillah, tidak bosan saya memposting. Karena saya pikir ini adalah tabungan akhirat yang mengalir tanpa batas, selama masih digunakan manusia.
Kali ini saya mempostingkan sebuah file dalam bentuk .chm. yaitu Kitab "adabul mufrad" Yang ditulis imam Bukhari, dimana kitab ini sudah sangat terkenal dan salah satu dari rujukan standar pondok-pondok pasantren.
Semoga bermanfaat.

download Kitab shahih adabul MUFRAD Al Bukhari.chm

Selasa, 19 November 2013

Buletin Jum'at MUKMIN SEJATI


Assalamu'alaikum. Saudaraku seiman yang semoga dirahmati Allah SWT.

Alhamdulillah, Buletin jum'at yang telah 2 tahun saya bina, kini telah mencapai lebih dari 100 volume. Dimana isi materinya saya ambil dari beberapa artikel kemudian saya olah dengan tidak mengurangi maksud dari tujuan ilmu yang ingin disampaikan oleh penulis.

Dan Alhamdulillah, memang telah ada pemikiran untuk memasukkan Buletin Jum'at MUKMIN SEJATI kedalam sebuah sebuah web. Namun karena keterbatasan waktu dan kesempatan, Alhamdulillah akhirnya kesampaian2 juga untuk memposting, Buletin Jum'at MUKMIN SEJATI kedalam sebuah blog. Dan sebelumnya saya minta maaf karena mulai dari file volume 1 sampai 65 entah nyasar kemana.

Demikian prakata dari saya, silakan mendownload filenya, semoga bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.


NB. Jika dalam membuka filenya tidak sesuai dengan buletin Jum'at MUKMIN SEJATI yang pernah diterbitkan, itu berarti jenis font dikomputer saudaraku belum menunjang untuk jenis-jenis font yang diterapkan pada file tersebut. Harap dimaklumi.

volume 66-70
volume 71-76
volume 77-80
volume 81-85
volume 86 & 89-92
volume 93
volume 94
volume 95 atau (mirror)
volume 96
volume 97
volume 100-105
volume 111-115
volume 106-110
volume 116-119
volume 120
volume 121
volume 122
volume 123
volume 124
volume 125
volume 126

Senin, 18 November 2013

Aplikasi islam untuk hp

Alhamdulillah, Allah SWT maha atas segala sesuatu, diantaranya menjadikan ilmu dibidang teknologi sebagai sarana manusia mencapai keperluannya.

Dan kali ini Mukmin sejati akan membagi sebuah aplikasi Islam untuk hp. Semoga  Allah SWT menjadikannya amal ibadah didunia terlebih lagi diakhirat.

Download aplikasi islam untuk hp

Al Qur'an perkata djvu

assalamualaikum, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, alhamdulillah dengan adanya ilmu manusia menjadi mengerti dan faham maksud dan tujuan hidup diatas bumi ini, salah satu ilmu yang diturunkan adalah Al qur'an nulkarim. Pada posting kali ini saya ingin berbagi E-book "Tafsir AL QUR'AN Perkata" dalam bentuk file .rar dengan format djvu.
Semoga E-book ini bermanfaat didunia terlebih diakhirat kelak, amin.
Download "al qur'an perkata"  disini

Qur'an flash tajwid Untuk Pc

Alhamdulillah, dalam kesempatan kali ini saya ingin membagi kepada saudara-saudara saya sebuah aplikasi islam bernama Alqur'an flash tajwid. Mudah-mudahan dengan aplikasi ini menjadikan iman kita bertambah dan menjadi kedekatan kepada AllahSWT. Dan semoga menjadi amal ibadah , amin.

Download Alqur'an flash tajwid untuk pc